Apa yg sy tulis ni kdang2 pndai serius, pndai dtang buduh, pndai mengopy n share dri tmpat len n so on. Kadang2 datang rajin update entry, kadang2 dtang malas smpai berbulan2 x lawat ni blog. Bntuk pnulisan pun kdang2 pndai skema, kdang2 pndai... ntah, kdang2 blur... (x pham uda apa sa tulis). Apa2 pun, buatla blog ni cam rumah sendri yer hehe...


Hi U all. Folo la sa...

Valentine Day

14 Februari tiba lagi. Remaja-remaja tidak sabar-sabar meninjau-ninjau dan memikir-mikir apakah hadiah untuk untuk diberikan kepada kekasih masing-masing. Inilah saat yang disukai oleh majoriti remaja kini kerana kononnya 14 Februari itu tarikh untuk mengingati kekasih tidak terkecuali remaja Islam seluruh dunia. Bukan remaja saja yang dah bukan remaja pun sama sibuknya.
Sayangnya, tidak semua anak-anak remaja memahami apakah sebenarnya Valentine Day itu sesuai atau tidak diraikan oleh umat Islam. Mereka menganggap perayaan ini sama saja dengan perayaan-perayaan lain seperti Hari Ibu, Hari Pahlawan, dan sebagainya. Tidak sama sekali.
Sedangkan Valentine Day sarat dengan muatan keagamaan bahkan bagi orang Islam yang ikut-ikutan merayakannya, hukumnya boleh jatuh musyrik, karena merayakan Valentine Day tidak boleh tidak berarti juga ikut mengakui Jesus sebagai Tuhan. Naudzubilahi min Dzalik. Mengapa demikian?
SEJARAH VALENTINE DAY
Ada banyak pendapat tentang asal dari perayaan Hari Valentine ini. Yang paling popular kisah dari Santo Valentinus yang diyakini hidup pada masa Kaisar Claudius II yang kemudian menemui ajal pada tanggal 14 Februari 269 M. Namun ini pun ada beberapa versi. Yang jelas dan tidak memiliki silang pendapat adalah kalau kita menelisik lebih jauh lagi ke dalam tradisi paganisme (dewa-dewi) Romawi Kuno, sesuatu yang dipenuhi dengan legenda, mitos, dan penyembahan berhala.
Menurut pandangan tradisi Roma Kuno, pertengahan bulan Februari memang sudah dikenal sebagai masa cinta dan kesuburan. Dalam tarikh kalender Athena kuno, masa antara pertengahan Januari dengan pertengahan Februari disebut sebagai bulan Gamelion, yang dipersembahkan kepada pernikahan suci Dewa Zeus dan Hera.
Di Roma kuno, 15 Februari dikenal sebagai hari raya Lupercalia, yang merujuk kepada nama salah satu dewa bernama Lupercus, sang dewa kesuburan. Dewa ini digambarkan sebagai laki-laki yang setengah telanjang dan berpakaian kulit kambing.
Di zaman Roma Kuno, para pendeta tiap tanggal 15 Februari akan melakukan ritual penyembahan kepada Dewa Lupercus dengan mempersembahkan korban berupa kambing kepada sang dewa.
Setelah itu mereka minum anggur dan akan lari-lari di jalan-jalan dalam kota Roma sambil membawa potongan-potongan kulit domba dan menyentuh siapa pun yang mereka jumpai. Para perempuan muda akan berebut untuk disentuh kulit kambing itu karena mereka percaya bahwa sentuhan kulit kambing tersebut akan boleh mendatangkan kesuburan kepada mereka. Sesuatu yang sangat dibanggakan di Rom waktu itu.
Perayaan Lupercalia adalah rangkaian upacara pensucian di masa Romawi Kuno yang berlangsung antara tanggal 13-18 Februari, di mana pada tanggal 15 Februari mencapai puncaknya. Dua hari pertama (13-14 Februari), dipersembahkan untuk dewi cinta (Queen of Feverish Love) bernama Juno
Februata.
Pada hari ini, para pemuda berkumpul dan mengundi nama-nama gadis di dalam sebuah kotak. Lalu setiap pemuda dipersilakan mengambil nama secara acak. Gadis yang namanya ke luar harus menjadi kekasihnya selama setahun penuh untuk bersenang-senang dan menjadi bahan hiburan sang pemuda yang memilihnya.
Keesokan harinya, 15 Februari, mereka ke kuil untuk meminta perlindungan Dewa Lupercalia dari gangguan serigala. Selama upacara ini, para lelaki muda melecut gadis-gadis dengan kulit binatang. Para perempuann itu berebutan untuk mendapakan lecutan karena menganggap bahwa kian banyak mendapat lecutan maka mereka akan bertambah cantik dan subur.
Ketika agama Kristen Katolik masuk ke Rom, mereka mengadaptasi upacara paganisme (berhala) ini dan mewarnainya dengan cara Kristian. Antara lain mereka mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama Paus atau Pastor. Di antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I.
Agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentines Day untuk menghormati Santo Valentine yang kebetulan meninggal pada tanggal 14 Februari.
Tentang siapa sesungguhnya Santo Valentinus sendiri para sejarawan masih berbeza pendapat. Saat ini sekurangnya ada tiga nama Valentine yang meninggal pada 14 Februari.Seorang di antaranya dilukiskan sebagai orang yang mati pada masa Romawi. Namun ini pun tidak pernah ada penjelasan yang detil siapa sesungguhnya St. Valentine yang dimaksudkan juga dengan kisahnya yang tidak pernah diketahui ujung-pangkalnya karena tiap sumber mengisahkan cerita yang
Sebenar.
Menurut versi pertama, Kaisar Claudius II yang memerintahkan Kerajaan Roma berang dan memerintahkan agar menangkap dan memenjarakan Santo Valentine karena ia dengan berani menyatakan tuhannya adalah Isa Al-Masih, sembari menolak menyembah tuhan-tuhannya orang Romawi. Orang-orang yang bersimpati pada Santo Valentine lalu menulis surat dan menaruhnya di terali penjaranya.
Versi kedua menceritakan, Kaisar Claudius II menganggap tentara muda bujangan lebih tabah dan kuat di dalam medan peperangan daripada orang yang menikah. Sebab itu kaisar lalu melarang para pemuda yang menjadi tentara untuk menikah. Tindakan kaisar ini diam-diam mendapat tentangan dari Santo Valentine dan ia secara diam-diam pula menikahkan banyak pemuda hingga ia ketahuan dan ditangkap. Kaisar Cladius memutuskan hukuman gantung bagi Santo Valentine. Eksekusi dilakukan pada tanggal 14
Februari 269 M.
TRADISI KIRIM KAUCAPAN VALENTINE
Selain itu, tradisi mengirim kad Valentine itu sendiri tidak ada kaitan langsung dengan Santo Valentine. Pada tahun 1415 M, ketika Duke of Orleans dipenjara di Tower of London, pada perayaan hari gereja mengenang St. Valentine tanggal 14 Februari, ia mengirim puisi kepada isterinya di Perancis.
Oleh Geoffrey Chaucer, penyair Inggris, peristiwa itu dikaitkannya dengan
musim kawin burung-burung dalam puisinya.
Lantas, bagaimana dengan ucapan, Be My Valentine? yang sampai sekarang masih saja terdapat di banyak kad ucapan atau dinyatakan langsung oleh pasangannya masing-masing? Ken Sweiger mengatakan kata Valentine berasal dari bahasa Latin yang mempunyai persamaan dengan arti: Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat, dan Yang Maha Kuasa. Kata ini sebenarnya pada zaman Romawi Kuno ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, tuhan orang
Romawi.
Disadari atau tidak, demikian Sweiger, jika seseorang meminta orang lain atau pasangannya menjadi To be my Valentine?, maka dengan hal itu sesungguhnya kita telah terang-terangan melakukan suatu perbuatan yang dimurkai Tuhan, istilah Sweiger, karena meminta seseorang menjadi Sang Maha Kuasa dan hal itu sama saja dengan upaya menghidupkan kembali
budaya pemujaan kepada berhala.
Adapun Cupid (berarti: the desire), si bayi atau lelaki rupawan setengah telanjang yang bersayap dengan panah adalah putra Nimrod the hunter dewa Matahari. Disebut tuhan Cinta, karena ia begitu rupawan sehingga diburu banyak perempuan bahkan dikisahkan bahwa ibu kandungnya sendiri pun tertarik sehingga melakukan incest dengan anak kandungnya itu!
Silang sengketa siapa sesungguhnya Santo Valentine sendiri juga terjadi di dalam Gereja Katolik sendiri. Menurut gereja Katolik seperti yang ditulis dalam The Catholic Encyclopedia (1908), nama Santo Valentinus paling tidak merujuk pada tiga martir atau santo (orang suci) yang berbeda, yakni: seorang pastur di Roma, seorang uskup Interamna (modern Terni), dan seorang martir di provinsi Romawi Afrika. Koneksi antara ketiga martir ini dengan Hari Valentine juga tidak jelas.
Sisa-sisa kerangka yang digali dari makam Santo Hyppolytus di Via Tibertinus dekat Roma, diidentifikasikan sebagai jenazah St. Valentinus.Jenazah itu kemudian ditaruh dalam sebuah peti emas dan dikirim ke GerejaWhitefriar Street Carmelite Church di Dublin, Irlandia. Jenazah ini telahdiberikan kepada mereka oleh Paus Gregorius XVI pada 1836.
Banyak wisatawan sekarang yang berziarah ke gereja ini pada hariValentine, di mana peti emas diarak dalam sebuah prosesi khusyuk dan dibawa ke sebuah altar tinggi di dalam gereja. Pada hari itu, sebuah misakhusus diadakan dan dipersembahkan kepada para muda-mudi dan mereka yang sedang menjalin hubungan cinta. Hari raya ini dihapus dari kalender gerejawi pada tahun 1969 dengan alasan sebagai bagian dari sebuah usaha gereja yang lebih luas untuk menghapus santo dan santa yang asal-muasalnya tidak bisa dipertanggungjawabkan karena hanya berdasarkanmitos atau legenda. Namun walau demikian, misa ini sampai sekarang masihdirayakan oleh kelompok-kelompok gereja tertentu.
Jelas sudah, Hari Valentine sesungguhnya berasal dari mitos dan legenda zaman Romawi Kuno di mana masih berlaku kepercayaan paganism (penyembahan berhala). Gereja Katolik sendiri tidak bisa menyepakati siapa sesungguhnya Santo Valentine yang dianggap menjadi martir pada tanggal 14 Februari. Walau demikian, perayaan ini pernah diperingatisecara resmi Gereja Whitefriar Street Carmelite Church di Dublin,Irlandia dan dilarang secara resmi pada tahun 1969. Beberapa kelompokgereja Katolik masih menyelenggarakan peringatan ini tiap tahunnya.
KEPENTINGAN PERNIAGAAN
Kalau pun Hari Valentine masih dihidup-hidupkan hingga sekarang, bahkan ada kesan kian meriah, itu tidak lain dari upaya para pengusaha yang bergerak di bidang pencetakan Kkad ucapan, pengusaha hotel, pengusaha bunga, pengusaha penyelenggara acara, dan sejumlah pengusaha lain yang telah meraih keuntungan sangat besar dari event itu.
Mereka sengajameniup-niupkan Hari Valentine Day sebagai hari khusus yang sangat istimewa bagi orang yang dikasihi, agar dagangan mereka laku dan mereka mendapat laba yang amat sangat besar. Inilah apa yang sering disebut oleh para sosiologi sebagai industrialisasi agama, di mana perayaan agama oleh kapitalis dibelokkan menjadi perayaan bisnis.
PESTA KEMAKSIATAN
Orang biasanya mengira perayaan Hari Valentine berasal dari Amerika. Namun sejarah menyatakan bahwa perayaan Hari Valentine sesungguhnya berasal dari Inggeris. Di abad ke-19, Kerajaan Inggeis masih menjajah wilayah Amerika Utara. Kebudayaan Kerajaan Inggeris ini kemudian diimport oleh daerah koloninya di Amerika Utara.
Di Amerika, kad Valentine pertama yang diproduksi secara dicetak setelah tahun 1847 oleh Esther A. Howland (1828 – 1904) dari Worcester,Massachusetts. Ayahnya memiliki sebuah toko buku dan toko peralatan kantor yang besar. Mr. Howland mendapat ilham untuk memproduksi kartu diAmerika dari sebuah kartu Valentine Inggris yang ia terima. Upayanya inikemudian diikuti oleh pengusaha-pengusaha lainnya hingga kini.
Sejak tahun 2001, The Greeting Card Association (Asosiasi Kartu Ucapan AS) tiap tahun mengeluarkan penghargaan "Esther Howland Award for a Greeting Card Visionary" kepada perusahaan pencetak kartu terbaik.
Sejak Howland memproduksi kad ucapan Happy Valentine di Amerika,produksi kad dibuat di seluruh dunia. The Greeting Card Association memperkirakan bahwa di seluruh dunia, sekitar satu million Valentine dikirimkan setiap tahun. Ini adalah hari raya terbesar kedua setelah Natal dan Tahun Baru (Merry Christmast and The Happy New Year),di mana kad-kad ucapan dikirimkan. Persatuan yang sama juga memperkirakan bahwa para perempuanlah yang membeli kurang lebih 85% dari semua kad valentine.
Mulai pada separuh kedua abad ke-20, tradisi bertukaran kad di Amerika mengalami perubahan. Kad ucapan, sekarang hanya sebagai pengiring dari hadiah yang lebih besar. Hal ini sering dilakukan pria kepada perempuan. Hadiah-hadiahnya biasa berupa bunga mawar dan coklat. Mulai tahun 1980-an, industri berlian mulai mempromosikan hari Valentine sebagai sebuah kesempatan untuk memberikan perhiasan kepada perempuan pilihan.
Di Amerika Syarikat dan beberapa negara Barat, pada hari Valentine sering ditafsirkan sebagai permulaan dari suatu hubungan yang serius. Ini membuat perayaan Valentine di sana lebih bersifat dating yang sering di akhiri dengan (perzinaan)untuk menunjukkan rasa kasih sayang. Naudzubillahi min dzalik! Inilah yang dilakukan oleh ramai remaja hari ini.
Perayaan Valentine Day di negara-negara Barat umumnya dipersepsikan sebagai hari di mana pasangan-pasangan bebas melakukan apa saja,sesuatu yang lumrah di negara-negara Barat, sepanjang malam itu. Malah diberbagai hotel diselenggarakan aneka lomba dan acara yang berakhir dimasing-masing kamar yang diisi sepasang manusia berlainan jenis. Ini yang dianggap wajar, belum lagi party-party yang lebih bersifat tertutup dan menjijikan. Apakah sama saja orang yang mengaku beragama Islam dan yang bukan Islam?
IKUT MENGAKUI JESUS SEBAGAI TUHAN
Tiap tahun menjelang bulan Februari, banyak remaja mengaku beragama Islam ikut-ikutan sibuk mempersiapkan perayaan Valentine. Walau sudah banyak di antaranya yang mendengar bahwa Valentine Day adalah salah satu hari raya umat Kristiani yang mengandung nilai-nilai akidah . Ingatlah wahai remaja Muslim, sekali kalian tersasar kalian akan menangis sepanjang hidup. Menagislah keluar air mata darah sekalipun. Keadaan tidak boleh dipulihkan.
Nah, jika ada seorang Muslim yang ikut-ikutan merayakan Hari Valentine, maka diakuinya atau tidak, ia juga ikut-ikutan menerima pandangan yang mengatakan bahwa Jesus sebagai Anak Tuhan dan sebagainya yang di dalam Islam sesungguhnya sudah termasuk dalam perbuatan musyrik, menyekutukan Allah SWT, suatu perbuatan yang tidak akan mendapat ampunan dari Allah SWT. Naudzubillahi min dzalik!
Barang siapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut,”
Demikian bunyi hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Tirmidzi.
Ibnul Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah juga berkata, “Memberi selamat atas acara ritual orang kafir yang khusus bagi mereka, telah disepakati bahwa perbuatan tersebut haram. Semisal memberi selamat atas hari raya dan puasa mereka, dengan mengucapkan, Selamat hari raya! dan sejenisnya.Bagi yang mengucapkannya, kalau pun tidak sampai pada kekafiran, paling tidak itu merupakan perbuatan haram. Berarti ia telah memberi selamat atas perbuatan mereka yang menyekutukan Allah. Bahkan perbuatan tersebut lebih besar dosanya di sisi Allah dan lebih dimurkai dari pada memberi selamat atas perbuatan minum khamar atau membunuh. Banyak orang yang kurang mengerti agama terjerumus dalam suatu perbuatan tanpa menyadari buruknya perbuatan tersebut. Ia telah menyiapkan diri untuk mendapatkan kemarahan dan kemurkaan Allah.
Allah SWT sendiri di dalam Al Quran surah Al-Maidah ayat 51 melarang umat Islam untuk meniru-niru atau meneladani kaum Yahudi dan Nasrani, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim."
Wallahu'alam bishawab.

0 comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...